Lupa Indonesia Raya, 'Bunga-bunga' Politik
"Itu hanya keunikan politik di Indonesia. Dalam seremoni kenegaraan bukan substansinya tetapi 'bunga-bunganya' yang lebih diperhatikan. Tetapi sebaiknya tidak perlu diperpanjang," kata pengamat politik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Isharyanto di Semarang, Jumat (14/8).
Kelalaian tersebut, menurutnya, terjadi secara spontan atau tidak sengaja alias tidak terencana secara sistematis. Pidato SBY, lanjut Isharyanto, merupakan tradisi kenegaraan menjelang puncak peringatan HUT ke-64 RI pada 17 Agustus 2009.
Saat rapat paripurna, acara dimulai dengan mengheningkan cipta yang dipimpin Ketua DPR, Agung Laksono, bukan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Agung Laksono telah meminta maaf atas insiden tersebut. Kejadian itu bukan disengaja tetapi karena masalah teknis.
Wakil Ketua MPR AM Fatwa menyayangkan lagu kebangsaan tidak dinyanyikan pada pembukaan acara kenegaraan terkait dengan HUT ke-64 RI itu.
Mengenai isi dari pidato SBY tersebut, ia menjelaskan, situasi politik Indonesia saat ini antara lain diwarnai dengan politik ekonomi kerakyatan dan ekonomi liberal. "Oleh karena itu, pilihannya adalah mengacu pada ekonomi liberal untuk efisiensi dan 'promarket', serta menyisakan anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan," bebernya.
Pada kesempatan itu Isharyanto juga mengemukakan pentingnya pemberantasan terorisme yang tidak hanya secara represif. "Pemerintah harus mencari jalan keluar dalam memberantas terorisme, tidak hanya represif, karena kejahatan ini bersifat sistematis dan memiliki jaringan," tandas Isharyanto.[*/jib]