Senjata Pindad Di Filipina

Sebuah kapal kargo pengangkut senjata berbendera Panama, ditahan Bea Cukai Filipina, Kamis (20/8) malam pekan lalu ketika merapat di pelabuhan Mariveles, Provinsi Bataan, utara Manila. Kapal bernama MV Captain Ufuk mengangkut sekitar 50 senapan.

Setelah dicek, ditemukan senapan buatan Pindad berjenis SS1-V1, beberapa perlengkapan militer lainnya, dan senjata laras panjang bermerek Israel “Galil”. Senjata itu adalah sejenis senjata tipe serbu yang sangat akurat (300-800 meter).

Kasus ini hingga kini belum ada kepastian. Hingga kini Departemen Luar Negeri (Deplu) masih belum menerima keterangan resmi dari pemerintah Filipina terkait senjata itu. Selain senjata-senjata itu, aparat Filipina juga menahan 14 kru dari Georgia dan Afrika. Kapal tersebut disebutkan berangkat dari Pelabuhan Georgia dan singgah di Indonesia untuk mengambil barang, sebelum kemudian berlayar ke Pelabuhan Mariveles.

“Memang ditemukan lima peti senjata yang tercampur. Tapi pemerintah Filipina belum memastikan asal senjata tersebut dan belum ada keterangan resmi dari pemerintah Filipina" ujar juru bicara Deplu Teuku Faizasyah di kantornya, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (28/8).

Selain itu, lanjutnya, Deplu juga berusaha mencoba mencari tahu dan memastikan kepada PT Pindad terkait keberadaan senjata sebanyak lima peti itu. "Kita akan meminta klarifikasi kepada yang berkewenangan yaitu PT Pindad," imbuhnya.

Faizasyah menjelaskan, peredaran senjata di Filipina cukup bebas dan tidak bisa disamakan dengan di Indonesia. "Di sana dibenarkan oleh hukum. Kita juga baru melayang surat klarifikasi terkait apakah ada penjualan senjata oleh PT Pindad," pungkasnya.

Apabila itu benar senjata buatan PT Pindad Indonesia, lanjut Faizasyah, maka Deplu akan melakukan pengecekan ke pihak terkait apakah ada suatu perjanjian ekspor antara PT Pindad dengan Filipina.

“Dipastikan jika memang betul melakukan ekspor tujuannya kemana, kalau ke Filipina maka itu sudah melalui prosedur yang benar maka kita pertanyakan mengapa ada penyitaan,” katanya.

Dari PT Perindustrian TNI-AD (Pindad) sendiri diperoleh konfirmasi bahwa benar ada pesanan senjata dari pihak Mali. “Kebetulan senjata pesanan pihak Mali berada dalam satu kapal dengan pesanan Filipina” kata Timbul Sitompul, Juru Bicara PT Pindad, Jumat (28/8).

Timbul menuturkan, perusahaannya menerima pesanan 10 pucuk Pistol P2 Pindad. Senjata laras pendek itu dipesan Persatuan Menembak Filipina. Pada saat yang bersamaan, Pindad akan mengirimkan pesanan dari Negara Mali, Afrika, sebanyak 100 pucuk senjata jenis SS1-V1 (Senjata Serbu 1 - Varian 1).

Pesanan Mali dimasukin dalam 20 kotak. Adapun untuk Filipina dalam satu kotak. Seluruh pesanan itu dikirim bersamaan dalam satu kapal. “Sebelum ke Mali, (kapal) mampir sebentar ke Filipina. Barangnya ada dalam kapal itu. Mungkin prosedur dan miss komunikasi,” kata Timbul.

Timbul membantah, kiriman Pindad itu illegal. Semua senjata itu ada nomer serinya, berikut dokumen-dokumennya. Namun ia mengakui, sedang terjadi masalah dengan pihak Pabean Filipina dan kini sedang diselesaikan. “Jadi itu legal, ada dokumennya. Tak benar seperti yang disebut koran kalau itu buatan Israel, itu (buatan) Pindad dan pesanan legal untuk Mali,” ujarnya lagi menegaskan.

Dikatakan Timbul, pihaknya kini sedang mengurus ke Pabean Filipina, berkaitan dengan pengiriman tersebut. Timbul menegaskan, dalam urusan pengiriman dan penjualan senjata, Pindad tak mau gegabah. Apalagi dokumen-dokumen jual beli yang disertakan, melibatkan izin dua negara.

0 komentar: